Minggu, 23 September 2012

Anjing Berjaga di Makam Tuannya Selama Enam Tahun

Oleh Eric Pfeiffer
Seekor anjing yang sangat berdedikasi terus menunjukkan kesetiaan dengan menjaga kuburan sang pemilik selama enam tahun setelah tuannya meninggal.

Capitan adalah seekor anjing gembala Jerman. Ia dilaporkan kabur dari rumah setelah pemiliknya, Miguel Guzman, meninggal pada 2006. Seminggu kemudian, keluarga Guzman menemukan si anjing di makam Miguel di Argentina tengah.





Miguel Guzman mengadopsi Capitan pada 2005 untuk hadiah buat anak laki-lakinya yang saat itu masih remaja, Damian. Dalam enam tahun terakhir, Capitan terus berjaga di samping kuburan Miguel. Menurut keluarga, si anjing jarang sekali meninggalkan tempatnya.

"Kami mencari dia, tapi dia hilang," kata janda Guzman, Veronica Guzman kepada Lavoz.com. "Kami pikir dia pasti sudah tertabrak mobil dan mati."

Keesokan Minggunya, saat mereka pergi ke kuburan, Damian langsung mengenali anjing hadiah dari ayahnya tersebut. "Capitan mendatangi kami, menggonggong dan melolong seperti menangis."

Anehnya lagi, menurut Veronica, keluarga Guzman sama sekali tak pernah membawa Capitan ke kuburan sebelum ia ditemukan di sana. "Masih menjadi misteri bagaimana caranya ia menemukan tempat ini," ujar Veronica.

Direktur pekuburan Hector Baccega mengatakan ia dan stafnya kini memberi makan dan merawat Capitan secara rutin.

"Tiba-tiba suatu hari dia muncul di sini dan mulai berjalan-jalan mengelilingi kuburan sampai menemukan batu nisan tuannya," kata Baccega.

"Saat siang hari, kadang ia berjalan-jalan di sekitar kuburan, namun selalu bergegas kembali ke kuburan (Miguel). Dan setiap hari, tepat jam enam, dia akan tidur berbaring di atas kuburan, dan terus di sana sepanjang malam."

Meski begitu, keluarga Guzman belum melupakan Capitan. Menurut Damian, dia dan keluarganya sudah beberapa kali mencoba membawa Capitan pulang ke rumah, namun ia selalu kembali sendiri ke kuburan tersebut.

"Saya rasa dia akan terus berada di sana sampai dia mati. Dia menjaga ayah saya," kata Damian.

Minggu, 16 September 2012

PRAKTIKUM KIMIA


TITRASI ASAM BASA
A.      TUJUAN
Melakukan titrasi asam basa untuk menentukan konsentrasi suatu larutan

B.       DASAR TEORI
Titrasi merupakan salah satu cara untuk menentukan konsentrasi larutan suatu zat dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat lain yang di ketahui konsentrasinya. Prinsip dasar  titrasi asam basa di dasarkan pada reaksi netralisasi asam basa.
Titik eqivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat di mana sejumlah asam tepat di netralkan oleh sejumlah basa. Selama  titrasi berlangsung  terjadi  perubahan pH. pH pada titik eqivalen di tentukan pada sejumlah garam yang di hasilkan dari netralisasi asam basa. Indikator yang di gunakan pada titrasai asam basa adalah yang memiliki rentang pH di mana titik eqivalen berada. Pada umumnya titik eqivalen tersebut sulit untuk di amati, yang mudah di amati adalah titik akhir yang dapat terjadi sebelum dan sesudah titik eqivalen tercapai. Titrasi harus di hentikan pada saat titik akhir titrasi di capai, yang di tandai pada perubahan warna indikator. Titik akhir titrasai tidak selalu berimpit dengan titik eqivalen. Dengan pemilihan indikator yang tepat, kita dapat memperkecil kesalahan titrasai.
            Pada titrasi asam kuat dan basa kuat, asam kuat dan basa kuat dalam aire akan terurai dengan sempurna. Oleh karena itu ion hidrogen dan ion hidroksida selama titrasi dapat lansung di hitung dengan jumlah asam atau basa yang di tambahkan. Pada titik eqivalen dari titrasi asam kuat dan basa kuat, pH larutan pada temperatur 20°C sama dengan pH air, yaitu sama dengan tujuh.


C.      ALAT DAN BAHAN
1.      ALAT
-          Buret                                       1 buah
-          Botol semprot                         I buah
-          Corong                                    1 buah
-          Gelas kimia 250 ml                 1 buah
-          Gelas erlenmeyer 250 ml         2 buah
-          Pipet gondok 10 ml                 1 buah
2.      BAHAN
-          NaOH 0,05
-          HCl
-          Phenolftalin
-          Aquades
-          Kertas putih
D.      LANGKAH KERJA
1.     Membersihkan buret dan membilas NaOH yang akan di pakai sebanyak 3 kali (± 5 ml), kemudian memasukkan NaOH kedalam buret menggunakan corong sampai volumenya melebihi sekala nol buret, kemudian turunkan volume larutan NaOH pada buret sampai tepat sekala nol.
2.     Pipet 10 ml larutan asam yang akan di tentukan konsentrasinya dengan mengunakan kedalam labu erlenmeyer dengan teknik yang benar.
3.     Menambahkan aquades kedalam labu erlenmeyer + 5 ml untuk membilas larutan yang menempel  pada dinding larutan erlenmeyer, menambaghkan 3 tetes indikator phenolftalien.
4.     Melakukan titrasi dengan cara meneteskan larutan NaOH dari buret secara berlahan – lahan tetes demi setetes sampai larutan kan berubah warna.
5.     Memcatat keadaan akhir buret yangmenunjukkan volume larutan NaOH yang di pakai, yakni selisih volume semula dengan volum akhir.
6.     Mengulangi percobaan sebanyak 2 kali
7.     Menghitung konsentrasi larutan yang telah dititrasi.
JURNAL PRAKTIKUM
Judul       : titrasi asam basa
Tanggal   : 12 – 05 – 2010
Tujuan    : melakukan titrasi asam basa untuk menentukan konsentrasi  suatu larutan
Langkah kerja
Pengamatan

Percobaan 1
Dik: V1 = 5,5 
M1 = 0,05 M (NaOH)
V2 = 10 ml
Dit M2………?
Jawab : V1. M1 = V2. M2
5,5 . 0,05 = 10 M2
M2 = 5,5 . 0,05  / 10
(HCl) M2 = 0,0275
Percobaan 2
Dik: V1 = 6 ml
M1 = 0,05 M (NaOH)
V2 = 10 ml
Dit M2………?
Jawab : V1. M1 = V2. M2
6 . 0,05 = 10 M2
M2 = 6  . 0,05  / 10
(HCl) M2 = 0,03 M
M rata – rata = 0,0275 + 0,03 / 2
= 0,0288 M
  
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini tentang titrasi asam basa, yang bertujuan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan. Pada percobaan pertama Membersihkan buret dan membilas NaOH yang akan di pakai sebanyak 3 kali (± 5 ml), kemudian memasukkan NaOH kedalam buret menggunakan corong sampai volumenya melebihi sekala nol buret, kemudian turunkan volume larutan NaOH pada buret sampai tepat sekala nol. Setelah itu memasukkan 10 ml larutan asam yaitu HCl yang akan di tentukan konsentrasinya dengan mengunakan kedalam labu erlenmeyer. Menambahkan aquades kedalam labu erlenmeyer + 5 ml untuk membilas larutan yang menempel  pada dinding larutan erlenmeyer, menambahkan 3 tetes indikator phenolftalien, setelah itu melakukan titrasi dengan cara meneteskan larutan NaOH dari buret secara berlahan – lahan tetes demi setetes sampai larutan kan berubah warna. Dan titrasi di hentikan  pada saat titik akhir titrasi di capai, yang di tandai pada perubahan warna indikator yaitu berwarna pink pada volume NaOH 5, 5 ml Titik eqivalen tercapai pada saat di mana sejumlah asam tepat di netralkan oleh sejumlah basa. Dan di sini terjadi titik equevalen tercapai pada saat se4telah titiuk akhir tercapai, titik akhir titrasi tidak selalu terhimpit dengan titik equevalen.
Selama  titrasi berlangsung  terjadi  perubahan pH. pH pada titik eqivalen di tentukan pada sejumlah garam yang di hasilkan dari netralisasi asam basa. Indikator yang di gunakan pada titrasai asam basa adalah yang memiliki rentang pH di mana titik eqivalen berada. Pada umumnya titik eqivalen tersebut sulit untuk di amati, yang mudah di amati adalah titik akhir yang dapat terjadi sebelum dan sesudah titik eqivalen tercapai. Titrasi harus di hentikan pada saat titik akhir titrasi di capai, yang di tandai pada perubahan warna indikator. Titik akhir titrasai tidak selalu berimpit dengan titik eqivale. Dengan pemilihan indikator yang tepat, kita dapat memperkecil kesalahan titrasai.
Pada titrasi asam kuat dan basa kuat, asam kuat dan basa kuat dalam aire akan terurai dengan sempurna. Oleh karena itu ion hidrogen dan ion hidroksida selama titrasi dapat lansung di hitung dengan jumlah asam atau basa yang di tambahkan. Pada titik eqivalen dari titrasi asam kuat dan basa kuat, pH larutan pada temperatur 20°C sama dengan pH air, yaitu sama dengan tujuh.
Pada percobaan kedua sama seperti percobaan pertama, dengan volume pertama NaOH 6 ml dan volume ke 2 NaOH 10 ml, pada melakukan titrasi supaya mengetahui konsentrasi suatu larutan HCl, pada percobaan pertama HCl  M2 = 0,0275 M dan pad percobaan pertama ke 2 HCl M2 = 0,03 M  setelah itu di cari M rata – rata dengan hasil 0,0288 M. jadi setelah melakukan titrasi dapat di ketahui konsentrasi pada HCl.
KESIMPULAN
Pada pembahsan di atas dapat di simpulkan yaitu :
  1.  Titik eqivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat di mana sejumlah asam tepat di netralkan oleh sejumlah basa. Selama  titrasi berlangsung  terjadi  perubahan pH.
  2. Titik akhir titrasai tidak selalu berimpit dengan titik eqivalen.
  3. Titrasi merupakan salah satu cara untuk menentukan konsentrasi larutan suatu zat dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat lain yang di ketahui konsentrasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Underwod. 1996. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga
Rosenberg, Jerome l. 1996. kimia Dasar. Jakarta : Erlangga
Kartimi.2010.Panduan Praktikum Kimia Dasar Dua. Cirebon.Pusat Labolatorium

Rabu, 05 September 2012

LAPORAN TAKSONOMI 2


TAKSONOMI TUMBUHAN

CENDAWAN
















Oleh:
Nama          : Uswatun Hasanah
NIM            : 59461290
Kelas           : Biologi – D
Kelompok   : VI
Asisten        : Nurhayati
                                                                  Wiyanto
















LABORATORIUM BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI
CIREBON
2010

CENDAWAN / FUNGI

I.     LATAR BELAKANG
Pada awalnya cendawan di klasifikasi oleh thallophyta bersama dengan alga, namun karena memiliki karakterlistrik yang berbeda akhirnya di masukkan dalam regnum tersendiri yaitu mycota (fungi).
II.  TUJUAN
1.    Mengamati beberapa bentuk funfsi basidiomycotina.
2.    Menggambarkan masing – masing preparat fungi  basidiomycotina.
3.    Merangkum karakter preparat basidiomycotina yang membedakannya antara divisi yang satu dengan yang lainya.
III. ALAT DAN BAHAN
Bahan :
Jamur merang : Vorvaiela volvaceae
Jamur tiram : Ostreatus pleurotus
Jamur kayu : Ganoderma sp
Jamur kuping : Auricularia polytricha
Alat :
Pisau / cutter
Tisu
Lup / kaca pembesar
Mikroskop
IV.LANDASAN TEORI
Terdapat sekitar  30000 spesies basidiomycota yang telah diketahui, dan 37% diantaranya termasuk golongan jamur atau Fungi.  Menurut Campbell (1998 : 579), jamur dari divisio basidiomycota memiliki 25000 spesies. Nama dari divisio ini diambil dari bentuk diploid yang terjadi pada siklus hidupnya, yaitu basidium. Basidiomycota hidup sebagai dekomposer pada  kayu atau bagian lain tumbuhan.
Kelompok fungi basidiomycota ini sering disebut jamur oleh orang awam karena banyak jenis – jenis yang karpusnya (tubuh buahnya) besar dan dapat dilihat dengan kasat mata. Dalam buku Mikologi dan Dasar Terapan Oleh Indrawati Gandjar dkk. Kelompok tersebut (yang memiliki tubuh buah besar) dipakai istilah cendawan. Banyak di antara cendawan (mushrooms) sudah dimanfaatkan oleh manusai misalnya Agaricus bisporus, Pleurotus flabellatus, dan Falmmulina velutipes, akan teteapi banyak juga yang beracun, bahkan ada racun yang dapat mematikan, misalnya Amanita sp. Dkk.
Basidiomycota terdiri dari anggota mikro maupun makro. Basidiomycota yang mikro adalah basidiomycota yang basidiokarpnya kecil dan halus, yang umumnya adalah patogen pada tanaman. Sedangkan basidiomycota yang makro adalah Basidiomycota memiliki tubuh buah (basidiokarp) yang besar sehingga mudah untuk diamati. Bentuk jamur ini ada yag seperti payung, kuping, dan setengah lingkaran.
Reproduksi pada jamur ini terjadi secara seksual dan secara aseksual. Reproduksi secara aseksual dengan cara menghasilkan konidia. Dan yang secara seksual terjadi perkawinan antara hifa yang berbeda jenis.
Filum basidiomycota dibagi ke dalam tiga kelompok utama, yaitu : Urediniomycetes, Hymenomycetes, Ustilaginomycetes.
Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut Hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah.. Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik. Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik. Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma. Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat menembus jaringan substrat.
V. PROSEDUR KERJA
Mengambil masing – masing preparat kemudian mengamati dengan bantuan lup (kaca pembesar), kemudian mengamati :
a.       bagian tubuh buah masing – masing preparat ?
b.      di mana letak dari spora ?
c.       menggambar bagian – bagian preparat lengkap dengan keteranmgan ?
d.      klasifikasikan masing – masing berdasarkan karakteristik dari preparat!
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
VI.1. HASIL
Preparat jamur merang (Vorvaiela volvaceae)                         
Sebelum di belah                     sesudah di belah              Keterangan : 
1. Lamela
2.  Selaput velum universale
3. pileus
4. Holdfast
5. volvo



Preparat jamur tiram putih (Ostreatus pleurotus)       
Dari belakang                dari dalam                            Keterangan : 
1.      Lamela
2.    Spora berwarna putih
3.    Stipe
4.    Holdfast
5.    Tudung / pileus



Preparat jamur kuping (Auricularia polytricha)
Dari depan
Dari belakang
Keterangan




1. tudung
2.biasanya ada spora berwarna putih
3. holdfast
4. lamela
Cat : tidak berstipe

Preparat jamur kayu (Ganoderma sp)
Dari depan
Dari belakang
Keterangan




1. tudung
2.stipe
3. holdfast
4. lamela


VI.2. PEMBAHASAN
Pada peraktikum kali masih ini masih tentang fungi / cendawan, tetapi pada kali ini membahas tentang basidiomicetes dengan anak kelasnya. Jamur Basidiomycotina umumnya hidup sebagai saprofit pada sisa-sisa makhluk hidup, misalnya serasah daun di tanah, merang padi, dan batang pohon mati. Jamur yang parasit hidup pada organisme inangnya, misalnya tumbuhan dan manusia. Jenis lainnya ada yang bersimbiosis.
Pertama – tama kami mengamati jamur merang (Vorvaiela volvaceae, Tubuh buah yang masih muda berbentuk bulat telur, berwarna cokelat gelap hingga abu-abu dan dilindungi selubung karena masih di selimuti selaput velum universale. Jika tubuh membesar, tinggallah selaput pada pangkal tangkai tubuh buah sebagai bursa. Dari tepi tubuh buah ke tangkai terdapat juga selaput yang menutupi sisi bawah tubuh buah. Selaput ini dinamakan velum partiale. Jika tubuh buah membesar selaput ini akan robek dan merupakan suatu cincin (anulus) pada bagian atas tangkai tubuh buah . himenofora pada sisi bawah tubuh buah , membentuk  papan – papan atau lamella yang tersusun radial dapat juga himenifora membuat tonjolan berupa buluh – buluh. Himenium meliputi sisi bawah tubuh buah tadi dan mula – mula terletak di bawah velum partiale. Letak himenium yang demikian di sebut angiokarp lapisan himenium itu terjadi secara serempak. Jadi semua bagian sama umurnya dan keliatan dari bawah setelah velum partiale robek - robek.  Pada tubuh buah jamur merang dewasa, tudung berkembang seperti cawan berwarna coklat tua keabu-abuan dengan bagian batang berwarna coklat muda.
pada saat kami membelah jamur merang yang masih kecil terdapat pileus, lamella yang letaknya di samping pileus, holdfast, dan vilvo, ketika jamur merang sudah dewasa maka stipenya akan kelihatan dan sporanya terletak di bawah lamela. Jamur merang yang dijual untuk keperluan konsumsi adalah tubuh buah yang masih muda yang tudungnya belum berkembang alat repoduksi generatifnya berupa basidium sebagai badan penghasil spora. klasifikasinya yaitu :
Super Kingdom : Eukaryota
Kingdom             : Myceteae (fungi)
Divisio                 : Amastigomycota
Sub Divisio          : Basidiomycotae
Kelas                    : Basidiomycetes
Ordo                    : Agaricales
Familia                 : Plutaceae
Genus                  : Volvariella
Spesies                 : Volvariella volvacea
            Jamur merang dibudidayakan di dalam bangunan rumah kaca yang disebut kumbung. Sesuai dengan namanya, jamur ini memilih merang dan jerami sebagai media alami utama. Menurut penelitian, limbah kapas adalah media yang memberikan hasil produksi dan pertumbuhan yang terbaik bagi jamur merang. Jamur merang dikenal sebagai warm mushroom, hidup dan mampu bertahan pada suhu yang relatif tinggi, antara 30-38 °C dengan suhu optimum pada 35 °C. jamur merang termasuk ke anak bangsa Agaricales masuk masuk suku agaricaceae karena tubuh buah berbentuk paying, himenefora berbentuk lamella atau papan – papan dengan lapisan himeniumpada kedua sisinya. Kebanyakan warga suku agaricaceae hidup sebagai saparofit, sebagian kecil sebagai parasit dan jamur merang ini dapat di makan.
            Yang kedua kami mengamati jamur tiram putih (Ostreatus pleurotus)
KarakteristikTubuh buah jamur tiram memiliki tangkai yang tumbuh menyamping (bahasa Latin: pleurotus) dan bentuknya seperti tiram (ostreatus) sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus. Bagian tudung dari jamur tersebut berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih, dengan permukaan yang hampir licin, diameter 5-20 cm yang bertepi tudung mulus sedikit berlekuk. Selain itu, jamur tiram juga memiliki spora berbentuk batang berukuran 8-11× 3-4μm serta miselia berwarna putih yang bisa tumbuh dengan cepat. Batang atau tangkai jamur tiram tidak tepat berada di tengah tudung, tetapi agak ke pinggir. Pada saat kami mengamati jamur tiram kami mendapati lamella, stipe, holdfast dan terdapat spora si bawah stipe. Klasifikasinya yaitu :
Super Kingdom : Eukaryota
Kingdom           : Myceteae (fungi)
Divisio               : Amastigomycota
Sub Divisio        : Basidiomycotae
Kelas                  : Bisidiomycetes
Ordo                  : Agaricales
Familia               : Agaricaeae
Genus                : Pleurotus
Spesies               : Pleurotus sp
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii dan sering dikenal dengan sebutan King Oyster Mushroom.
Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk. Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang karena jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu. Untuk itu, saat ingin membudidayakan jamur ini, substrat yang dibuat harus memperhatikan habitat alaminya. Media yang umum dipakai untuk membiakkan jamut tiram adalah serbuk gergaji kayu yang merupakan limbah dari penggergajian kayu.
Pada umumnya jamur tiram, Pleurotus ostreatus, mengalami dua tipe perkembangbiakan dalam siklus hidupnya, yakni secara aseksual maupun seksual. Seperti halnya reproduksi aseksual jamur, reproduksi aseksual basidiomycota secara umum yang terjadi melalui jalur spora yang terbentuk secara endogen pada kantung spora atau sporangiumnya, spora aseksualnya yang disebut konidiospora terbentuk dalam konidium. Sedangkan secara seksual, reproduksinya terjadi melalui penyatuan dua jenis hifa yang bertindak sebagai gamet jantan dan betina membentuk zigot yang kemudian tumbuh menjadi primodia dewasa. Spora seksual pada jamur tiram putih, disebut juga basidiospora yang terletak pada kantung basidium.
            Yang ke tiga kami mengmati jamur kuping (Auricularia polytricha) Jamur kuping termasuk keluarga Auricularia dan kelas Basidiomycetes. Klasifikasi jamur kuping menurut Alexopolous dan Mins (1979) adalah sebagai berikut:
Super Kingdom   :Eukaryota
Kingdom             :Myceteae (Fungi)
Devis                   :Amastigomycota
Sub Devisi           :Basidiomycotae
Kela                     :Basidiomycetes
Ordo                    :Auriculariales
Familia                 :Auriculariae
Genus                  :Auricularia
Species                 : Auricularia sp
Morfologi Tubuh buah kenyal atau seperti gelatin jika dalam keadaan segar dan menjadi keras seperti tulang jika kering, berbentuk mangkuk atau kadang-kadang dengan cuping seperti kuping yang berasal dari titik pusat perlekatan, diameter 2-15 cm, tipis bergading, dan kenyal. Permukaan luar steril, sering kali berurat, berbulu sangat kecil atau berambut, cokelat muda sampai cokelat, menjadi kehitaman jika mengering. Permukaan dalam fertil, licin sampai agak berkerut, bergelatin jika basah, berwarna kuning cokelat, cokelat keabu-abuan, cokelat, ungu, dan menjadi hitam jika kering. Tangkai tidak ada atau mengalami rudimenter.
Tubuh buah berwarna coklat , menyerupai daun telinga yang pada sisi atasnya yang cekung terdapat lapisan himenium. Basidium selalu dapat di bagi menjadi 4 sel sekat – sekat melintang dan dari masing – masing sel itu ke samping di tonjolkan stergma dengan satu spora, sisi atas berlipat dan mempunyai rambut – rambut pendek yang tersusun amat rapat. Biasa terdapat pada dahan – dahan yang kering; tubuh buah dapat di makan, biasanya dalam sayur (kimlo). Pada jamur kuping kami mendapati tudung di bagian depan terdapat spora, holdfast ujung pangkal yang keras dan lamella di bagian belakang. Jejak spora putih; spora berada di permukaan dan biasanya pada permukaan bagian bawah, berukuran 12-8 x 4-8 mikron, berbentuk sosis, licin. Basidium mempunyai sekat melintang sebanyak tiga buah.
spesies jamur dari kelas Heterobasidiomycetes (jelly fungi) dengan tubuh buah berwarna coklat tua setengah bening, berbentuk mangkuk menyerupai daun telinga manusia. Dalam bahasa Tionghoa, jamur kuping hitam dikenal sebagai 云耳 (pinyin: yún ěr), 毛木耳 (pinyin: máo mù ěr) atau 木耳 (pinyin: mù ěr). Jamur kuping hitam biasa digunakan dalam masakan Asia. Tubuh buah menempel di atas batang kayu yang sudah membusuk di tempat basah dan lembab. Sewaktu masih segar terlihat seperti agar-agar (jelly) basah dan bila dikeringkan menjadi mengkerut. Jamur kuping hitam juga sering digunakan sebagai bahan obat tradisional karena diketahui mempunyai sifat antikoagulan. Hidup soliter atau bergerombol pada batang kayu, ranting mati, tunggul kayu, dan lain-lain; melekat pada substrat secara sentral atau lateral. Penyebaran pada kayu keras dan konifer. Tubuh buah jamur sering kali dijumpai pada musim hujan
            yang ke empat kami mengamati  jamur kayu (Ganoderma sp)
Kingdom      : Fungi Jamur
Phylum         : Basidiomycota
Class             : Agaricomycetes
Order            : Polyporales
Family          : Ganodermataceae
Genus           :Ganoderma
spesies          : Ganoderma sp
            Pada jamur kayu kami mendapati tudung di bagian depan, lamella di bagian belakang dan sepora di antara lamella – lamella, berstipe, dan ada holdfast.
Termasuk anak bangsa aphyllophorales dan suku polyporaceae, jamur ini pada badan buahnya tidak mempunyai papan – papan atau lamella himenepora yang menonjol. Hemenum terletak bebas di tubuh buah (gimnokarp) dan sudah mulai terbentuk sejak badan buah masih muda dan bersama – sama dengan pertumbuhan tubuh buah selalu membentuk bagian – bagian yang baru. oleh sebab itu pada himenium terdapat bagian – bagian dari bermacam – macam umur, dari yang basidiumnya sudah masak sampai yang masih muda dan baru terbentuk. Tubuh buah berupa satu kipas, himenofora merupakan bulu – bulu (pori) yang di liat dari luar berupa lubang – lubang itu di lkapisi himenuim. Tubuh buah jamur ini dapat berumur beberapa tahun.  
Ganoderma adalah genus dari polypore jamur yang tumbuh pada kayu dan mencakup sekitar 80 spesies, banyak dari tropis daerah. Karena penggunaan yang luas di Asia obat-obatan tradisional, dan potensi mereka dalam bioremediasi , mereka adalah penting genus sangat ekonomis. Ganoderma dapat dibedakan dari polypores lain karena mereka memiliki berdinding ganda Basidiospora yang sedang . Nama Ganoderma berasal dari bahasa Yunani ganos / γανος "kecerahan, kemilau", maka "bersinar" dan kulit / δερμα "kulit",
Genus disebut oleh Karsten pada tahun 1881. Anggota keluarga Ganodermataceae secara tradisional dianggap sulit untuk mengklasifikasikan karena kurangnya karakteristik morfologi yang dapat dipercaya, hal meluap-luap sinonim, dan penyalahgunaan luas nama. Sampai saat ini, genus dibagi menjadi dua bagian - Bagian Ganoderma dengan permukaan topi mengkilap (seperti lucidum Ganoderma ) dan Elfvingia, dengan permukaan topi kusam, seperti applanatum Ganoderma . filogenetik analisis menggunakan informasi urutan DNA yang berasal dari mitokondria SSU rDNA , telah membantu untuk mengklarifikasi pemahaman kita tentang hubungan antara spesies Ganoderma. Genus sekarang dapat dibagi menjadi enam monofiletik kelompok: raksasa (kemudian dikenal sebagai raksasa Polyporus) yang memiliki fitur morfologi khas yang tidak cocok dengan spesies lain. Secara historis, bagaimanapun, Tomophagus secara umum telah dianggap sebagai sinonim untuk Ganoderma. Hampir satu abad kemudian, filogenetik analisis dibenarkan asli penempatan's Murrill, seperti yang telah terbukti menjadi genus yang berbeda sesuai taksonomi.





VII. KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini dapat di simpulkan :
1.      Pada jamur merang (Vorvaiela volvaceae, Tubuh buah yang masih muda berbentuk bulat telur, berwarna cokelat gelap hingga abu-abu dan dilindungi selubung karena masih di selimuti selaput velum universale.
2.      Termasuk anak bangsa aphyllophorales dan suku polyporaceae, jamur ini pada badan buahnya tidak mempunyai papan – papan atau lamella himenepora yang menonjol. Pada jamur kayu (Ganoderma sp) Pada jamur kayu kami mendapati tudung di bagian depan, lamella di bagian belakang dan sepora di antara lamella – lamella, berstipe, dan ada holdfast.
3.      Pada kuping (Auricularia polytricha) Jamur kuping termasuk keluarga Auricularia dan kelas Basidiomycetes. Morfologi Tubuh buah kenyal atau seperti gelatin jika dalam keadaan segar dan menjadi keras seperti tulang jika kering, berbentuk mangkuk atau kadang-kadang dengan cuping seperti kuping yang berasal dari titik pusat perlekatan, diameter 2-15 cm, tipis bergading, dan kenyal.
4.      Pada jamur tiram putih (Ostreatus pleurotus) KarakteristikTubuh buah jamur tiram memiliki tangkai yang tumbuh menyamping (bahasa Latin: pleurotus) dan bentuknya seperti tiram (ostreatus) sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus. Bagian tudung dari jamur tersebut berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih, dengan permukaan yang hampir licin.



DAFTAR PUSTAKA
tjitrosnosoepomo Gembong. 2005. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadja Mada Universitiy Press.
Karmana, Oman. 2007. Cerdas Belajar Biologi. Grafindo Media Pertama : Bandung
Sabariah, Sukirman. 2000. Biologi. Grafindo Media Pratama : Bandung